
Ketika melihat anak jatuh jangan dimarahi atau ditertawakan
tapi bantu dia berdiri dan ucapkan kata-kata yang menenangkannya seperti, “
Adik jatuh ya ? mari bunda bantu berdiri. Adik sekarang main lagi ya.”
Ketika anak senang karena menerima mainan baru, katakan :
“Adik senang ya dengan mainan baru dari kakek.” Tunjukkan ekspresi senang
padanya.
Saat anak marah lalu memukul, dengan tenang katakan kepada
anak, “Adik marah ya karena tidak dipinjamin mainan oleh kakak ? adik kalau
marah tidak boleh memukul ya karena itu tidak baik. Kalau mau pinjam mainan
kakak, adik harus bilang baik-baik.”
Lewat kejadian-kejadian tiap hari, balita belajar tentang
emosi dan cara mengekpresikan emosi dan mengendalikannya dengan benar. Selain
itu anak juga bisa diajari mengenali emosi yang dirasakan oleh orang lain. Hal
ini merupakan bentuk stimulasi kecerdasan emosional dalam aspek intra personal.
Diharapkan anak sejak dini dapat menunjukkan empati atau memahami apa yang
dirasakan oleh orang lain.
Ketika ada teman yang hendak meminjam mainan tapi oleh si anak ditolak, bunda bisa mengatakan kepada anak, “Adik, temannya pinjam mainan tuh, yuk diajak main bersama.”
Ketika ada teman yang hendak meminjam mainan tapi oleh si anak ditolak, bunda bisa mengatakan kepada anak, “Adik, temannya pinjam mainan tuh, yuk diajak main bersama.”
Dan jangan lupa, anak juga memperhatikan reaksi emosi kita
terhadap suatu kejadian dan menirunya. Seringkali orang dewasa secara tidak
sadar menunjukkan reaksi yang tidak tepat terhadap emosi yang ditujukan kepada
anak. Seperti ketika melihat anak jatuh tapi karena jatuhnya lucu maka orang
dewasa menertawakannya hal ini dapat membuat anak merasa malu atau marah.
2.Latihan Menunda Keinginan
Dalam mengasuh anak, tidak semua keinginan anak haru
dipenuhi. Sebagian perlu ditunda dan sebagian ditolak. Anak saat kecil belum
bisa memahami apa itu keinginan dan kebutuhan. Pengaruh iklan dan teman, sering
membuat anak meminta barang atau makanan yang dia rasa enak. Disini orang tua
perlu menjelaskan, agar anak mengerti mana yang dia butuhkan, dan mana yang
hanya dia ingin miliki.
a). Buat Daftar Prioritas. Orang tua dapat mengajak anak untuk
membuat skala prioritas belanaja, atau barang apa saja yang dapat dibeli bulan
ini. Sebaiknya hal tersebut dibuat bersama anak, agar anak lebih terlibat sehingga memudahkan dalam prakteknya
nanti.
b)
Mulai Ajarkan Anak Untuk Menunda Keinginan. Ketika anak meminta sesuatu,
usahakan jangan langsung memenuhi -walau sebenarnya Anda mampu- namun berikan
temp. Misalnya, ketika anak baru duduk di kelas 2 SD
minta dibelikan sepeda agar bisa berangkat sendiri ke sekolah, sementara Anda
sendiri tidak yakin dengan keamanannya, Anda bisa mengatakan, “Kak, papa
akan belikan sepeda kalau kakak sudah naik kelas 4, karena papa yakin pada saat
itu kakak sudah mampu berangkat sendiri ke sekolah, sabar ya”. Tapi di
lain sisi, janji harus ditepati, karena jika tidak, anak
akan sulit percaya dengan orang tua.
c)
Hadapi Dengan Tenang. Ketika anak meminta dengan cara
yang ‘heboh’ biarka saja. Jika anak sudah cukup tenang,
ajaklah bicara. Ingatlah bahwa anakusia dini sangat cepat belajar dari
lingkungannya. Jika cara menangis ternyata cukup ampuh untuk mendapatkan apa
yang dia mau, maka jangan heran kalau besok cara ini akan ia gunakan lagi.
d)
Tumbuhkan Empati. Ajaklah anak untuk melihat
teman-temannya yang kurang mampu sehingga mereka punya kepekaan sosial yang
membuat mereka bersyukur dengan apa yang mereka punyai.
e)
Ajak Bicara. Anak-anak adalah
individu yang unik. Terkadang orang tua meremehkan kemampuan mereka. Sebagai
orang tua menganggap mereka adalah anak kecil yang belum
mampu diajak layaknya orang dewasa. Cobalah mengubah cara pandang tersebut dan
mulailah untuk semakin sering mengajak anak ngobrol dan
berdiskusi. Dengan komunikasi anak tahu apa yang
diinginkan orang tua, demikian pula sebaliknya.
f)
Ajarkan Anak Untuk
Menabung. Biasakan anak
menabung sejak dini, jelaskan juga manfaat menabung salah satunya adalah jika
uang tabungan sudah banyak bisa digunakan untuk membeli mainan atau barang baru
yang diinginkan. Menabung juga melatih anak untuk sabar
dan mengendalikan diri sejak awal.
g)
Lead By Example. Ajarkan hal tersebut melalui praktek lengsung dengan
membeli barang dengan sabar. Misalnya, ajak dia serta ke toko buku. Ketika orang
tua menanyakan salah satu buku yang anak inginkan ternyata belum sampai di toko
buku tersebut, sampaikan pada si anak, “Wah, papa
sepertinya harus menunggu 1 minggu lagi ni, soalnya buku yang papa inginkan
belum sampai di sini”. Atau ketika Anda tengah membeli suatu barang ternyata
uang tunai yang Anda bawa tidak mencukupi -padahal sebenarnya Anda juga bisa
mengambil melalui ATM- Anda bisa mengkomunikasikan, “Hm, sepertinya harga
barangnya sudah naik hari ini, uang papa belum cukup nih. Papa sepertinya harus
nabung lagi.”
Mengajarkan Anak
Tentang Puasa
Ilmu mengajarkan tentang puasa pada anak yang berasal dari
kata shaum dalam bahasa Arab, memiliki makna "menahan (diri)". Maka
yang pertama kita lakukan sebelum mengajarkan mereka menahan lapar dan haus
adalan berlatih mengendalikan diri. Latihan yang paling pas untuk anak seusia
TK adalah menunda keinginan. Misal latihan menunda yang cukup efektif antara
lain adalah untuk tidak jajan sepulang sekolah, dengan membuat kesepakatan dari sebelum bulan puasa
dimulai.
1. Latihan untuk berfikir positif
Masa kecil adalah masa pembentukan konsep diri, citra diri,
dan kecenderungan pada diri manusia. Ajaibnya, semua itu terbentuk bukan hanya
melalui tutorial, melainkan diawali oleh pikiran dan persepsi yang timbul dalam
benak sang anak. Di masa kini, banyak anak yang pencemas dan mengkritik diri
sendiri sejak usia dini. Kabar baiknya, orang tua dapat membantu anak-anak
mereka mengembangkan pemikiran positif ,disiplin yang dapat dikembangkan lewat
latihan.
a.
Mulailah dengan
membiasakan anak untuk menghormati dan menghargai atas segala hal kecil yang
terjadi dalam hidup mereka. Misalnya melalui permainan bersama anak-anak dengan
menyebutkan rasa syukur atas suatu hal dalam hidup mereka. Lakukanlah hal
seperti ini ketika anak merasa menghadapi kesulitan dalam kegiatan sehari-hari.
Dengan demikian orangtua bisa menyingkirkan pikiran negatif agar anak bisa
fokus pada pikiran positif yang membuatnya bahagia.
b. Cara berikutnya adalah dengan berdiskusi dan bertanya hal
positif apa yang bisa muncul dari situasi negatif yang mereka alami.
Berdiskusilah dengan jujur dan terbuka dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh
anak-anak. Beritahukanlah kepada anak bahwa hidup bisa menghadirkan banyak
tantangan tapi tantangan tersebut bisa membuat diri mereka tumbuh lebih baik
secara fisik maupun mental.
c. Selanjutnya, orangtua bisa mengajarkan anak untuk mengganti
kecemasan yang sedang dihadapinya menjadi keinginan dan kepercayaan. Saat anak
Anda menyatakan kecemasannya dengan mengatakan apa yang tidak diinginkannya,
bantu anak untuk mengendali dan anak lalu mulai fokus pada apa yang benar-benar
ia inginkan. Sebagai contoh, jika anak anda berkata,"Saya tak ingin pergi
ke pesta karena tak seorang pun mau bermain dengan saya," bantu anak Anda
untuk mengenali apa yang diinginkannya dengan pertanyaan ,"Kamu ingin ke
pesta terjadi apa?," Dan lalu katakan,"Bagaimana kalau kamu senang di
pesta?".
Secara bertahap ajari anak Anda untuk fokus pada apa yang mereka inginkan dan harapkan ketimbang rasa takut dan kecemasan mereka. Lama kelamaan,anak akan bisa visualisasi skenario positif sendiri.
Secara bertahap ajari anak Anda untuk fokus pada apa yang mereka inginkan dan harapkan ketimbang rasa takut dan kecemasan mereka. Lama kelamaan,anak akan bisa visualisasi skenario positif sendiri.
Tantang anak mengucap semua pernyataan yang dimulai dengan
'Saya' dalam tujuan dan pernyataan positif. Pernyataan yang negatif seperti
'saya bodoh'
atau 'saya selalu sakit',sangat berbahaya karena dapat masuk ke alam bawah sadar anak. Jika anak menciptakan gambaran positif dan saran untuk diri sendiri,ini akan mendatangkan khasiat pada kesehatan fisik dan kesehatan emosional. Kedengarannya sederhana, tapi anak yang membayangkan diri mereka bahagia dan sehat akan menjadi sehat dan bahagia di sepanjang hidup mereka.
atau 'saya selalu sakit',sangat berbahaya karena dapat masuk ke alam bawah sadar anak. Jika anak menciptakan gambaran positif dan saran untuk diri sendiri,ini akan mendatangkan khasiat pada kesehatan fisik dan kesehatan emosional. Kedengarannya sederhana, tapi anak yang membayangkan diri mereka bahagia dan sehat akan menjadi sehat dan bahagia di sepanjang hidup mereka.
Dengan mengajari anak berpikir positif maka orangtua
mengajarkan anak untuk memiliki harapan akan masa depannya. Di sisi lain,
berpikir positif dapat menjadi alat bagi anak dalam menangani berbagai
tantangan hidup yang mereka hadapi. Secara tidak langsung orangtua membantu
mereka tumbuh menjadi pribadi kuat dan mandiri di kemudian hari.
Mulailah untuk berlatih mengenai kehormatan dan menghargai
segala hal kecil yang terjadi dalam kehidupan. Kita bisa menyingkirkan pikiran
negatif agar anak bisa fokus pada pikiran positif yang membuatnya bahagia.
Berdiskusi dan bertanya hal positif apa yang bisa muncul
dari situasi negatif yang mereka alami. Berdiskusilah dengan jujur, tulus, dan
berbagilah inspirasi serta pandangan hidup dalam bahasa yang mudah dimengerti
anak-anak.
Beritahu anak bahwa hidup bisa menyuguhkan banyak tantangan
tetapi tantangan tersebut bisa membuat diri kita tumbuh lebih baik secara fisik
maupun mental. Hidup adalah tentang belajar menjadi manusia yang lebih baik dan
mandiri serta menciptakan kehidupan yang menakjubkan untuk dirinya sendiri.
Hidup bukan hanya mengenai diri sendiri tetapi menciptakan pribadi yang bisa
berbagi dengan orang lain. Konsep ini bisa dimulai dengan pemikiran positif.
Menjadi guru merupakan suatu hal berharga dalam mengajarkan
anak untuk berpikir positif. Dengan mengajari anak berpikir positif maka kita
mengajarkan anak untuk memiliki harapan akan masa depannya dan alat untuk
menangani tantangan hidup. Kita membantu mereka tumbuh menjadi pribadi kuat dan
mandiri di kemudian hari.
2.
Latihan Antri
Sejarah Teori Antrian
Antrian
yang sangat panjang dan terlalu lama untuk memperoleh giliran pelayanan
sangatlah menjengkelkan. Rata – rata lamanya waktu menunggu (waiting time)
sangat tergantung kepada rata – rata tingkat kecepatan pelayanan (rate of
services). Teori tentang antrian diketemukan dan dikembangkan oleh A.K.
Erlang, seorang insinyur dari Denmark yang bekerja pada perusahaan telepon di
Kopenhagen pada tahun 1910. Erlang melakukan eksperimen tentang fluktuasi
permintaan fasilitas telepon yang berhubungan dengan automatic dialing
equipment, yaitu peralatan penyambungan telepon secara otomatis. Dalam
waktu – waktu yang sibuk operator sangat kewalahan untuk melayani para
penelepon secepatnya, sehingga para penelepon harus antri menunggu giliran,
mungkin cukup lama.
Persoalan aslinya Erlang hanya memperlakukan perhitungan
keterlambatan (delay) dari seorang operator, kemudian pada tahun 1917
penelitian dilanjutkan untuk menghitung kesibukan beberapa operator. Dalam
periode ini Erlang menerbitkan bukunya yang terkenal berjudul Solution of
some problems in the theory of probabilities of significance in
Automatic Telephone Exhange. Baru setelah perang dunia kedua, hasil
penelitian Erlang diperluas penggunaannya antara lain dalam teori antrian
(Supranto, 1987).
Antrian adalah media termudah untuk mempraktikkan pengendalian
diri.Ajaklah anak berada dalam antrian dan berikan contoh cara mengantri yang
benar.ketika anda berbelanja di supermarket dan hendak membayar dikasir
,ajaklah anak untuk turut mengantri .bekali pemahaman semenjak dari rumah
tentang pentingnya antrian.ini akan memudahkan anak memahami apa yang sedang
mereka lakukan dan apa yang sedang dikehendaki oleh orang tua.
Perlihatkan kepada anak bahwa semua orang rela untuk mengantri
demi kepentingan bersama.ketika kita lewat di dekat pom bensin dan disana
terlihat antrian yang cukup panjang ,ada baiknya kita berhenti sebentar untuk
memberi kesempatan kepada anak melakukan pengamatan.
Belajar Antri dan Berbagi Lewat Makan Bersama
Undang beberapa teman balita ke rumah untuk makan bersama. Kegiatan ini
dapat melatih balita sabar menunggu giliran dan berbagi.
Cara bermain:
- Undang satu atau dua orang teman sebaya si kecil. Pilih salah satu waktu makan, misalnya makan siang.
- Dudukkan anak dan temannya berdampingan di meja makan.
- Letakkan piring makan masing-masing di hadapan balita dan temannya.
- Isi setiap piring dengan nasi, lalu tawarkan lauk pada balita Anda dan temannya. Layani mereka satu per satu. Sekali waktu Anda melayani anak Anda duluan, berikutnya temannya yang Anda layani lebih dahulu.
- Minta pula anak menawarkan makanan atau minuman lain pada temannya dan mengambilkannya.
- Bila perlu, Anda makan bersama mereka
Anak dilatih untuk
antrian dimulai sejak dini. Dengan membiasakan mereka dan dengan menguatkan
diri untuk konsisten melatih mereka.
Contohnya :
Guru di
TK biasanya akan mengatur anak-anak menjadi satu baris panjang, jika
ingin antri mencuci tangan. Jika ingin bergantian memakai sepatu. Jika ingin
keluar dari kelas dan pulang.
Sesuai dengan sifatnya anak-anak yang tak
bisa diam. Maka mereka akan keluar dari antrian. Menggerombol, merebut, hingga
berlari-lari keluar dari barisan.
Nah disinilah diperlukan kekonsistensian guru.
Guru harus sabar untuk merapikan barisan,
mengembalikan anak-anak yang keluar dari barisan, menenangkan mereka yang tak
sabar, tegas terhadap yang merebut giliran.
Sebagai gambaran, suasana ' semrawut' ini
akan berlangsung selamat bulan-bulan pertama. Pengalaman di kelas Playgroup
dulu, anak-anak baru bisa baris dengan rapi itu sekitar 3 bulanan.
Untuk anak-anak dilevel paling atas,
biasanya masa transisinya lebih cepat lagi. Namun tetap perlu pengawasan guru
untuk memastikan antrian berjalan dengan lancar dan tak ada yang dirugikan.
Jika masa pembiasaan sudah berlalu, maka
tanpa diawasi lagi. Anak-anak sudah memiliki kesadaran untuk antri dan mematuhi
peraturan tak tertulis tentang antri.
Manfaatnya dari belajar berbaris rapi untuk antri :
a)
Anak-anak memiliki kesabaran untuk
menunggu gilirannya.
b) Sangat membantu guru dalam mengawasi manakala membawa anak-anak keluar
kelas/ keluar sekolah. Terutama jika membawa banyak anak, sementara gurunya
hanya sedikit.
c) Ketertiban terpelihara, karena mereka sudah mengerti konsep bergiliran.
d)
Dan ketika tiba saatnya penerapan di dunia
nyata: seperti mengantri di mall, di kolam renang, dan di tempat-tempat lain,
mereka sudah terlatih. Sehingga, manakala terjadi sesuatu yang menyebabkan
antrian berlangsung lama. Tanpa perlu campur tangan guru dalam menenangkan,
mereka biasanya dapat lebih bersabar dan tak terlalu mengeluh. Mereka mampu
mengendalikan dirinya lebih baik.
sumber bacaan:
Hurlock, B.
Elizabeth. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta:
Erlangga
Dwonlod
Internet pada Selasa 20 November 2012:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar