Perkembangan Sosial AUD usia TK
A.
Pengertian
perkembangan sosial anak usia dini
Perkembangan
sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga
diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok, moral, dan tradisi; meleburkan diri menjadi suatu kesatuan yang
saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Pengertian Sosial menurut para ahli:
a) Hurlock (1978:250) mengutarakan bahwa Perkembangan sosial
berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntunan sosial.
b) Menurut Plato secara potensial (fitrah) manusia
dilahirkan sebagai makhluk social (zoon politicon). Syamsuddin (1995:105)
mengungkapkan bahwa “sosialisasi adalah proses belajar untuk menjadi makhluk
social”.
c) Menurut Loree (1970:86) “sosialisasi merupakan suatu
proses dimana individu (terutama) anak melatih kepekaan dirinya terhadap
ransangan-ransangan social terutama
tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelompoknya) serta belajar
bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungan
sosialnya.”
d) Muhibin (1999: 35) mengatakan bahwa perkembangan
social merupakan proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat),
yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan seterusnya.
e) Syamsu Yusuf (2007) menyatakan
bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagao proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ; meleburkan
diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama
f) Menurut
Bandura (Crain:2007;301) bahwa di dalam situasi sosial kita belajar
menangani masalah lewat pengimitasian, yaitu pemahaman yang penuh dari
pembelajaran imitatif yang mensyaratkan sejumlah konsep baru. Schneider, Minet,
dan Rakhmatunissa dalam Sujiono dan Syamsiatin (2003:61) mengatakan :
1.
sosialisasi adalah suatu proses mental dan tingkah laku yang mendorong
seseorang untuk menyelesaikan diri sesuai dengan keinginan yang berasal
dari dalam diri sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam diri sendiri.
2.
Perkembangan sosial adalah suatu proses kemampuan belajar dari tingkah laku
keluarganya serta mengikuti contoh-contoh serupa yang ada diseluruh dunia.
Sujiono juga menjelaskan (2003:61) setiap anak akan melalui sebuah proses panjang dalam perkembangan sosialnya yang akhirnya seorang anak akan mempunyai nilai – nilai sosial yang ada dalam dirinya yang disebut proses imitasi, identifikasi dan internalisasi. Berikut bagan proses penanaman sosial menurut Sujiono :
Sujiono juga menjelaskan (2003:61) setiap anak akan melalui sebuah proses panjang dalam perkembangan sosialnya yang akhirnya seorang anak akan mempunyai nilai – nilai sosial yang ada dalam dirinya yang disebut proses imitasi, identifikasi dan internalisasi. Berikut bagan proses penanaman sosial menurut Sujiono :
Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai
dengan norma, nilai atau harapan sosial
Perkembangan
perilaku sosial anak ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas
teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota
suatu kelompok, dan tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Anak tidak
lagi puas bermain sendiri dirumah atau dengan saudara-saudara kandung atau
melakukan kegiatan-kegiatan dengan anggota-anggota keluarga. Anak ingin bersama
teman-temannya dan akan merasa kesepian serta tidak puas bila tidak bersama
teman-temannya.
Masa TK merupakan masa
kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial yang terlihat pada masa kanak-kanak
awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock (1998:252) yaitu: kerjasama, persaingan,
kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial,
simpati, empat, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri
sendiri, meniru, perilaku kelekatan.
Menjadi
orang yang mampu bermasyarakat (sozializ) memerlukan 3 proses. Masing-masing
prosesterpisah dan berbeda satu sama
lain, tapi saling berkaitan., sehingga kegagalan dalam suatu proses akan
menurunkan kadar sosialisasi individu.
Proses sosialisasi:
1.
Belajar berprilaku yang
dapat di terima secara sosial
Setiap
kelompok sosial mempunysi standar bagi setiap anggotanya tentang prilaku yang
dapat di terima. Untuk dapat bermasyarkat anak tidak hanya harus mengetahui
prilaku yang diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan dengan patokan
prilaku yang diterima
2.
Memainkan peran sosial yang
dapat di terima
Setiap
kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang dapat di tentukan dengan seksama
oleh para anggotanya dan di tuntut untuk di patuhi
3.
Perkembngan sikap
sosial
Untuk
bermasyarakat atau bergaul dengan baik anak-anak harus menyukai aktivitas
sosial dan orang.
Pada
perkembangannya, berdasarkan ketiga tahap proses ini, individu akan terbagi
kedalam dua kelompok, yaitu kelompok individu social dan individu nonsosial.
Kelompok individu social adalah mereka yang tingkah lakunya mencerminkan ketiga
proses sosialisasi. Mereka mampu mengikuti kelompok yang diinginkan dan
diterima sebagai anggota kelompok. Adakalanya mereka menginginkan adanya
oranglain dan merasa kesepian bila berada seorang diri. Selain itu mereka juga
merasa puas dan bahagia jika selalu berada dengan oranglain.
Kelompok
individu nonsosial, mereka adalah orang-orang yang tidak berhasil mencerminkan
ketiga proses sosialisasi. Mereka adalah individu yang tidak tahu apa yang
diharapkan kelompok social sehingga tingkah laku mereka tidak sesuai dengan
harapan social. Kadang-kadang mereka tumbuh menjadi individu anti social, yaitu
individu yang mengetahui harapan kelompok social, tetapi dengan sengaja melawan
hal tersebut. Akibatnya individu anti social ini ditolak atau di kucilkan oleh
kelompok social.
Melalui pergaulan anak
atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang dewasa,
dan teman sebaya lainnya, anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku
sosial. Pada masa anak menurut Syamsu Yusuf, bentuk-bentuk prilaku sosial itu
adalah sebagai berikut :
a. Pembangkangan
(negativisme), yaitu bentuk tingkah laku melawan
b. Agresi
(Agresion), yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun
kata-kata (verbal).
c. Berselisih
atau bertengkar (quarelling), terjadi apabila anak merasa tersinggung atau
terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain.
d. Menggoda (teasing), yaitu sebagai bentuk lain
dari agresif.
e. Persaingan (rivally)
Erik Erikson (1950) dalam Papalia
dan Old, 2008:370 seorang ahli psikoanalisis mengidentifikasi perkembangan
sosial anak:
1.
Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust (percaya vs
curiga), usia 0-2 tahun.Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak
mendapat pengalaman yang menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya
pengalaman yang kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga;
2.
Tahap 2 : Autonomy vs
Shame & Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah mampu menguasai
kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya. Anak pada masa
ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat meimbulkan rasa
otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan atau terlalu
banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu;
3.
Tahap 3 : Initiative vs Guilt (berinisiatif vs
bersalah), usia 4-5 tahun.
Pada masa ini anak dapat
menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas
dan ber interaksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas
dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat
menimbulkan rasa bersalah;
4.
Tahap 4 : industry vs inferiority (percaya
diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas.
Anak telah dapat
melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri memasuki masa
dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak mampu menguasai
suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila
tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.
B.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan sosial AUD
Menurut
Hurlock (1998) factor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak yaitu :
1.
Keluarga
a)
Hubungan antar orang tua, antar saudara antar anak
dengan orang tua.
Hubungan anak dengan orangtua
ataupun saudara akan terjalin rasa kasih saying, dimana anak akan lebih terbuka
dalam melakukan interaksi karena terjalinnya hubungan yang baik yang di tunjang
oleh komunikasi yang tepat. Peran orang tua akan membimbing sang anak untuk
mengenal lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
b)
Urutan anak dalam keluarga (sulung/tengah/bungsu)
Urutan posisi anak dalam keluarga
berpengaruh pada anak misalnya sang anak merupakan anak terakhir maka
dipastikan sang anak selalu bergantung pada orangtua dan saudaranya. Jika hal
ini terjadi akan berpengaruh pada tingkat kemandirian anak tersebut.
c)
Jumlah keluarga
Pada dasarnya jumlah anggota yang
besar berbeda dengan jumlah anggota yang sedikit, maka perhatian, waktu dan
kasih saying lebih banyak tercurahkan, dimana segala bentuk aktifitas dapat
ditemani ataupun dibantu. Hal ii berbeda dengan anak dengan keluarga yang
besar.
d)
Perlakuan keluarga terhadap anak
Adanya perlakuan keluarga terhadap
anak prasekolah secara langsung mempengaruhi pribadi dan gerakan sang anak,
dimana dalam keluarga tertanam rasa saling perhatian, tidak kasar dan selalu
merespon setiap kegiatan anak, maka dapat berpengaruh terhadap perkembangan
anak yang lebih baik dan terarah.
e)
Harapan orang tua terhadap anak
Setiap orangtua memiliki harapan
mempunyai anak yang baik, cerdas dan terarah dalam masa depannya. Harapan
orangtua adalah mempunyai anak yang memilikiperkembangan sesuai dengan
pertumbuhannya. Artinya bahwa perkembangan anak pra sekolah yang sekolah
bertujuan mempunyai arah sesuai perkembangannya.
2.
Factor diluar keluarga
a)
Interaksi dengan teman sebaya
Setiap anak jika mempunyai
perkembangan yang baik, maka secara alami dapat berinteraksi dengan temannya
tanpa harus disuruh atau dditemani keluarga karena anak memiliki arahan yang
jelas.
b)
Hubungan dengan orang dewasa diluar rumah
Jika seorang anak selalu bergaul
dengan siapa saja maka sang anak dapat menyesuaikan lingkungan orang dewasa
dimana anak tanpa malu-malu berinteraksi dengan orang yang lebih dewasa
darinya.
Juga menurut Hurlock:
a. Kemampuan
untuk dapat diterima dikelompok
Anak-anak yang populer dan melihat
kemungkinan memperoleh penerimaan kelompok lebih di pengaruhi kelompok, kurang
di pengaruhi keluarga dibangdingkan hubungan anak-anak yang pergaulannya dengan
kelompok tidak begitu akrab. Anak-anak yang hanya melihat adanya kesempatan
kecil untuk dapat diterima kelompok mempunyai motivasi kecil pula untuk
menyesuaikan diri dengan standar kelompok
b. Keamanan
karena status dalam kelompok
Anak-anak yang merasa aman dalam
kelompok akan lebih bebas dalam mengekspresikan ketidak cocokan mereka dengan
pendapat anggota lainnya. Sebaliknya, mereka yang merasa tidak aman akan
menyesuikan diri sebaik mungkin dan mengukuti anggota lainnya.
c. Tipe
kelompok
Pengaruh kelompok berasal dari
jarak sosial yaitu derajat hubungan kasih sayang diantara para anggota
kelompok. Pada kelompok primer ( antara
lain keluarga atau kelompok teman sebaya) ikatan hubungan dalam kelompok lebih
kuat dibandingkan dengan pada kelompok sekunder(antara lain kelompok bermain
yang diorganisasikan atau perkumpulan sosial) atau pada kelompok tertier (
antara lain orang-orang yang berhubungan dengan anak minsalnya di dalam bus)
d. Perbedaan
keanggotaan dalam kelompok
Dalam sebuah kelompok, pengaruh
terbesar biasanya timbul dari pemimpin kelompok dan pengaruh yang terkecil
berasal dari anggota yang paling tidak populer.
e. Kepribadiaan
Anak-anak yang merasa tak mampu
atau rendah diri lebih banyak dipengaruhi oleh kelompok di bandingkan dengan mereka
yang memiliki kepercayaan pada diri sendiri yang besar dan yang lebih menerima
diri sendiri.
f. Motif
menggabungkan diri
Semakin kuat motif anak-anak untuk
menggabungkan diri ( affilation motive) yaitu, keinginan untuk diterima,
semakin rentan mereka terhadap pengaruh anggota lainnya, terutama pengaruh dari
mereka yang mempunyai status tinggi dalam kelompok.
Factor yang mempengaruhi perkembangan social anak menurut pendapat yang
lain adalah:
1.
Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan
pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan
sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang
kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan
kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika
berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.
2.
Kematangan
Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan
fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan
menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional,
disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.
3.
Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial
ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan
kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
4.
Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.
Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak
memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka
dimasa yang akan datang.
5.
Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak
hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan
emosi perpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang
berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh
karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan
keberhasilan perkembangan sosial anak.
Menurut piaget (1998) menyebutkan bahwa ciri-ciri
perkembangan social anak pada umur 4-6 tahun adalah:
a. Usia 4 tahun
Perkembangan
social anak usia 4 tahun yang seharusnya adalah:
1.
Sangat antusias
2.
Lebih menyukai
bekerja dengan 2 atau 3 teman yang dipilih
3.
Suka memakai
baju orangtua atau oranglain
4.
Dapat
membereskan alat permainannya
5.
Tidak menyukai
bila dipegang tangannya
6.
Menarik
perhatian karena dipuji
b. Usia 5 tahun
Perkembangan
social anak usia 5 tahun yang seharusnya adalah:
1.
Sengan dirumah
dekat dengan ibu
2.
Ingin disuruh,
penurt suka membantu
3.
Senang pergi ke
sekolah
4.
Gembira bila
berngkat dan pulang sekolah
5.
Kadang-kadang
malu dan sukar untuk bicara
6.
Bermain dengan
kelompok 2 atau 5 orang
7.
Bekerjanya
terpacu oleh kompetisi dengan anak lain
c. Usia 6 tahun
Perkembangan
social anak usia 6 tahun yang seharusnya adalah:
1.
Mulai lepas dari
sang ibu
2.
Menjadi pusatnya
sendiri
3.
Sangat
mementingkan diri sendiri, mau yang paling benar, mau menang, dan mau yang
nomer satu
4.
Antusiasme yang
implusif dan kegembiraan yang meluap-luap menular keteman
5.
Dapat menjadi
factor pengganggu di kelas
6.
Adanya
kecendrungan berlari lepas di halaman sekolah
7.
Menyukai
pekerjaannya dan selalu ingin membawa pulang.
C.
Sosialisasi
pada anak usia dini
a) Perkembangan
sosial pada masa kanak-kanak awal
Dari umur 2-6 tahun,
anak belajar melakukan hubungan sosial dan begaul dengan orang-orang dan
bergaul diluar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya.
Masa kanak-kanak awal sering di sebut “ usia pragang” (pregang age) pada masa
ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak lain meningkat dan ini
sebagian menentukan bagaimana gerak maju perkembangan sosial mereka. Anak-anak
yang mengikuti pendidikan prasekolah melakukan penyesuain sosial yang lebih
baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan prasekolah.
Karena mereka dipersiapkan secara lebih baik untuk melakukan partisipasi yang
aktif dalam kelompok dibandingkan dengan anak yang aktivitas sosialnya terbatas
dengan anggota keluarga dan anak-anak dari lingkungan tetangga terdekat. Keuntungan
pendidikan pra sekolah adalah memberikan pengalaman sosial dibawah bimbingan
guru yang terlatih yang membantu mengembangkan hubungan yang menyenamgkan dan
berusaha agar anak-anak tidak mendapat perlakuan yang mungkin menyebabkan
mereka menghindari hubungan sosial. Pola
prilaku dalam situasi sosial pada masa kanak-kanak awal: kerja sama,
persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empati,
ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mengasingkn diri sendiri, meniru,
prilaku kekuatan.
Ø Hubungan
dengan orang dewasa
Dengan berkembangnya
keinginan terhadap kebebasan, anak-anak mulai melawan otoritas orang dewasa. Jika
mereka telah memperoleh kepuasaan prilaku kelekatan pada masa kanak-kanak,
mereka akan terus berusaha membina hubungan yang bersahabat dengan orang
dewasa, terutama anggota keluarga.
Ø Hubungan
dengan anak lain
Sebelum usia 2 tahun
anak kecil terlibat dalam permainan seorang diri atau searah. Sejak umur 3 atau
4 tahun, anak-anak mulai bermain bersama dengan kelompok, berbicara satu sama
lain pada saat bermain, dan memilih dari anak-anak yang hadir siapa yang akan
dipilih untuk bermain.
Ø Bentuk
umum prilaku sosial
Landasan yang
diletakkan pada masa kanak-kanak awal akan menentukan cara anak menyesuaikan
diri dengan orang lain dan situasi sosial jika lingkungan merekan semakin
meluas dan jika mereka tidak mempunyai perlindungan dan bimbingan dari orang
tua sejak bayi. Terjadinya peningkatan prilaku sosial akan tergantung pada tiga
hal:
·
Seberapa kuat keinginan
untuk diterima secara sosial
·
Pengetahuan mereka
tentang cara memperbaiki perilaku
·
Kemampuan intelektual
yang semakin berkembang dan memungkinkan pemahaman hubungan antara prilaku
mereka dengan penerimaan sosial.
b)
Perkembangan sosial
pada masa kanak-kanak akhir
Pada waktu mulai
sekolah, anak memasuki usia geng yaitu usia pada saat itu kesadaran sosial
berkembang pesat. Menjadi pribadi yang sosial merupakan satu tugas perkembangan
yang terutama. Pada masa transisi dari
usia pragang masa kanak-kanak akhir, anak beralih dari satu kelompok ke
kelompok lain atau dari aktivitas ke kelompok ke aktivitas individual. Pola
prilaku yang dipelajari dari keangotaan gang:
·
Kerentanan (susceptibility)
terhadap penerimaan dan penolakan sosial
·
Kepekaan yang belebihan
·
Mudah dipengaruhi dan
tidak mudah dipengaruhi
·
Persaingan
·
Sikap sportif
·
Tanggung jawab
·
Wawasan sosial
·
Diskriminasi sosial
·
Prasangka
·
Antagonisme jenis
kelamin
DAFTAR
PUSTAKA
Hurlock, B. Elizabeth. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Satrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Seri Ayah Bunda. 1998 . Dari A sampai Z tentang Perkembangan Aud. Jakarta: Yayasan aspirasi
pemuda
Rachmawati,
Ali Nugraha. 2005. Metode Pengembangan
Sosial Emosional. Jakarta:
Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar