Jumat, 14 Desember 2012

Pengembangan Sosial Anak Melalui Bermain

PENGEMBANGAN SOSIAL AUD MELALUI PERMAINAN

A.    Hakikat Bermain bagi AUD
Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak, sebagian besar waktunya dihabiskan dengan aktivitas bermain. Filsuf Yunani, Plato, merupakan orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Anak-anak akan lebih mudah mempelajari aritmatika melalui situasi bermain. Bermain dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Istilah bermain diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan mempergunakan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian, memberikan informasi, memberikan kesenangan, dan dapat mengembangkan imajinasi anak
Menurut Singer (dalam Kusantanti, 2004) mengemukakan bahwa bermain dapat digunakan anak-anak untuk menjelajahi dunianya, mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas anak. Dengan bermain anak memiliki kemampuan untuk memahami konsep secara ilmiah, tanpa paksaan.
Bermain menurut Mulyadi (2004), secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima pengertian bermain :
·         Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak
·         Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik
·         Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak
·         Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak
·         Memilikii hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial dan sebagainya
Banyak konsep dasar yang dapat dipelajari anak memalui aktivitas bemain. Pada usia prasekolah, anak perlu menguasai berbagai konsep dasar tentang warna, ukuran, bentuk, arah, besaran, dan sebagainya. Konsep dasar ini akan lebih mudah diperoleh anak melalui kegiatan bermain.
Bermain, jika ditinjau dari sumber kegembiraannya di bagi menjadi dua, yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Sedangkan jika ditinjau dari aktivitasnya, bermain dapat dibagi menjadi empat, yaitu bermain fisik, bermain kreatif, bermain imajinatif, dan bermain manipulatif. Jenis bermain tersebut juga merupakan ciri bermain pada anak usia pra sekolah dengan menekankan permainan dengan alat (balok, bola, dan sebagainya) dan drama.
Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.
Berbagai teori belajar pada anak seperti teori Piaget, Vygotsky, Montessori, Bandura, Case, Bruner, dan Smilansky menjelaskan cara belajar anak dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu teori belajar tersebut perlu dipilih dan disesuaikan dengan karakteristk anak serta materi ajarnya. Modalitas belajar anak juga berbeda-beda, sehingga cara anak belajar berbeda pula. Anak tipe auditif, misalnya, berbeda cara belajarnya dengan tipe visual dan kinestetik. Untuk itu guru dan orangtua perlu memahami karakteristik anak agar dapat memberi bantuan belajar yang paling tepat.
Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough (dalam Masitoh dkk., 2005: 1.12 – 1.13) sebagai berikut.
1.      Anak bersifat unik.
2.      Anak mengekspresikan perilakunya secara relative spontan.
3.      Anak bersifat aktif dan energik.
4.      Anak itu egosentris.
5.      Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.
6.      Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang.
7.      Anak umumnya kaya dengan fantasi.
8.      Anak masih mudah frustrasi.
9.      Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak.
10.  Anak memiliki daya perhatian yang pendek.
11.  Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial.
12.  Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.
Sudah merupakan keyakinan sejak beberapa generasi bahwa meskipun bermain menyenangkan, ia juga merupakan pemborosan waktu yang dapat digunakan secara lebih menguntungkan untuk  melakukan hal lain yang berguna. Karena anak kecil tidak mampu melakukan sesuatu yang berguna,  dianggap sudah selayaknya mereka menghabiskan waktu dengan bermain. Akn tetapi, ketik usianya sudah cukuo untuk bersekolah, anak diharapkan belajar melakukan hal- hal yang akan mempersiapkan dirinya dalam mengarungi kehidupan. Kegiatan bermain hanya pada akhir kegiatan harian atau pada hari libur. .
Pada semua usia, anak melakukan permainan aktif dan pasif. Proporsi waktu yang dicurahkan  masing- masing jenis bermain tidak bergantung pada hasil  pada usia, tetapi pada kesehatan dan kesenangan yang diperoleh dari masing- masing kategori.
B.     Fungsi Bermain dalam Perkembangan Social AUD
1.      Perkembangan Fisik
Bermain aktif  penting bagi anak untuk mengembagkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya. Bermain juga berfungsi sebagai penyaluran tenaga yang berlebihan yang bila terpendam terusakan membuat anak tegang, gelisah dan membuat anak mudah tersinggung
2.      Dorongan Berkomunikasi
Agar dapat bermain dengan baik bersama yang lain, anak harus belajar berkomunikasi  dalam  arti  mereka dapat mengerti dan sebaliknya mereka harus belajar mengerti apa  yang dikomunikasikan anak lain
3.      Penyaluran Bagi Energi Emosional yang Terpendam
Bermain merupakan sarana bagi anak untuk menyalurkan keinginan yang disebabkan oleh  pembatasan lingkungan terhadap prilaku  mereka
4.      Penyaluran Bagi Kebutuhan dan Keinginan
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain seringkali dapat dipenuhi dengan  bermain. Anak yang tidak mampu  mencapai peran pemimpin dalam kehiduan nyata mungkin akan memperoleh pemenuhan keinginan itu untuk dengan menjadi pemimpin tentara permainan
5.      Sumber Belajar\
Bermain member kesempatan untuk mempelajari berbagai hal- melalui buku, televise atau menjelajah lingkungan yang tidak diperoleh anak dari belajar di rumah atau sekolah
6.      Rangsangan bagi Kreativitas
Melalui eksperimentasi dalam bermain, anak- anak menemukan bahwa merancang sesuatu yang baru  dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan selanjutnya mereka dapat mengalihkan minat kreatifnya ke situasi di luar dunia bermain
7.      Perkembangan Wawasan Diri
Dengan bermain anak mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan dengan temannya bermain. Ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan konsep dirinya dengan lebih pasti dan nyata.
8.      Belajar Bermasyarakat
Dengan bermain bersama anak lain, mereka belajar berbagai bentuk bagaimana membentuk hubungan social dan bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan tersebut
9.      Standar Moral
Walupun anak belajar di rumah dan di sekolah tentang apa yang dianggap baik dan buruk  oleh kelompok  tidak ada pemaksaan standar mora paling teguh selain dalam kelompok bermain
10.  Belajar Bermain Sesuai dengan Peran Jenis Kelamin
Anak belajar di rumah dan di sekolah mengenai apa saja jenis kelamin yang disetujui. Akan tetapi, mereka segera menyadari  bahwa mereka juga harus menerimanya bila ingin menjadi anggota kelompok bermain.
11.  Perkembangan Ciri Kepribadian yang Diinginkan
Dari hubungan dengan anggota kelompok teman sebaya dalam bermain, anak belajar bekerja sama, murah hati, jujur, sportif dan disukai banyak orang
C.     Bentuk Permainan yang Mendorong Perkembangan Sosial AUD
Berbagai bentuk bermain yang dapat membantu mengembangkan kreativitas dan sosial anak, antara lain
a.       Mendongeng
b.      Menggambar
c.       Bermain alat musik sederhana
d.      Bermain dengan lilin atau malam
e.       Permainan tulisan tempel
f.       Permainan dengan balok
g.      Berolahraga
Permainan yang dapat mendukung terciptanya rangsangan pada anak dalam berbahasa antara lain alat peraga berupa gambar yang terdapat pada buku atau poster, mendengarkan lagu atau nyanyian, menonton film atau mendengarkan suara kaset, membaca cerita (story reading/story telling) ataupun mendongeng. Semua aktivitas yang dapat merangsang kemampuan anak dalam berbahasa dapat diciptakan sendiri oleh pendidik. Pendidik dapat berimprovisasi dan mengembangkan sendiri dengan cara menerapkannya kepada anak sesuai dengan kondisi dan lingkungannya. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak seperti:
1) Permainan “Menebak Suara Binatang”, dilakukan dengan memberikan tulisan/gambar kepada setiap anak dan tidak boleh dibuka sebelum diperintahkan tutor. Kemudian setiap anak harus bersuara seperti binatang yang ada di dalam kertas yang diperolehnya (anak tidak boleh berbicara, hanya bersuara saja) dan mencari pasangan suara yang sama. ”Siapa yang tidak mendapatkan pasangan ? Tebak nama binatang itu !”. Tujuannya adalah membaca kata sederhana tentang nama binatang dan mengenali bunyi.
2)   Permainan ”Moving family”, dilakukan dengan memposisikan anak-anak duduk dalam sebuah lingkaran lalu memberikan mereka potongan kertas bertuliskan ayah, ibu, kakak, adik. Kemudian pendidik menyebutkan tulisan itu, misalnya ”ayah”, maka anak yang membawa tulisan ayah dapat berdiri. Ketika pendidik mengucapkan ”ibu”, maka anak yang membawa tulisan ibu berdiri, dan ketika pendidik menyebutkan ”keluarga”, maka semua anak baik yang memegang tulisan ”ayah”, ”ibu”, ”anak” berdiri berdekatan. Tujuan permainan ini adalah mengenalkan tulisan untuk dibaca, mendengarkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar